Bismillah
Hai teman, maafkan saya lagi UAS ni ( Ujian Agak Serius ) di Kampus. Jadi saya agak stuck kalau harus buat tulisan baru hehe ya udah daripada gak update ni blog. Saya mau ngasih sebuah cerita mengharukan ni dari sebuah majalah. Ni cerita udah lama banget dah tahun 2006 😀 waktu itu saya baru tobat hahaha. Buat mengingat Tragedi di Palestina juga deh daripada saya dibilang cuek bebek hehe. Saya juga sedih cuma saya bisa apa? do’a aja kali yah untuk semua kaum muslimin disana. Oke deh ini dia ceritanya. Agak agak berbau nikah sih hehe pasti pada demen 😀
========
Telah banyak perayaan pernikahan para pengantin, akan tetapi pengantin di palestina kali ini, bukanlah seperti pengantin yang lain. Jika anda mendatanginya, tentu anda mencium aroma harum minyak kasturi.
Dua tahun sebelum ditulis kisah ini, tersebutlah seorang pemuda palestina yang sedang mempersiapkan perayaan pernikahannya. Dia dikenal sebagai salah satu da’i yang ikhlas. Pada hari yang dijanjikan itu, dilaksanakanlah pesta pernikahannya. Dia memakai baju nikahnya dan tercium aroma harum dari pakaiannya. Pada saat itu, di malam itu, sebagaimana halnya para pengantin, senyuman enggan beranjak pergi dari kedua bibirnya. Setiap kali bertemu dengan seseorang dia menyalami dan mengucapkan salam kepadanya. Dia memegang erat tangan temannya dan tidak melepaskan hingga teman yang lain datang menyusul menyalaminya.
Dia adalah seorang yang rajin shalat malam pada setiap malamnya., rajin puasa pada setiap hari senin dan kamisnya. Kepribadiannya tenang, tidak banyak tingkah. Pandangannya sellau tertunduk ( kebawah ) menatap tanah. Ia tidak membiarkan pandangannya kekanan atau kekiri. Ketika dia ditanya, kenapa engkau seperti ini? Dia berkata, ” Malu adalah cabang dari keimanan.”
Tatkala ia sendirian, ia membaca al-Qur an dengan mengangkat suara. Jika bergabung berkumpul dengan orang lain terlihat gerakan-gerakan bibirnya. Sebagian orang menyangka bahwa dia mengidap getaran-getaran dibibirnya. Ketika dia ditanya tentang hal itu dia malah tertawa sembari berkata, “ Ah, itu kan biasaa..”.